02 Juli 2008
01 Juli 2008
HUjan dan KITA
Ketika masih satu-satu Yang muncul adalah sejuk Indera menghirup kesegaran Dan angan mengkhayal jauh Tatkala rintik berubah drastis Dan guntur sembari kilat mengiris Kita semua lantas meringis Banjir di pelupuk iris Air dari "atas", berkah atau ironis (sih)? |
seteLaH SurgA
Sayur asam ini, walau mahal, tapi menyegarkan tempe dan ikan asin pun menambah selera, walau nasi yang tanak berlebih air...sikatttt Dan siang ini begitu membuai Oleh kesederhanaan, ratapan, dan harapan Setelah surga nanti, aku tidak akan pergi kemana-mana lagi. Karena manisnya di sana melampaui legitnya "Marjan" di ujung lidah. |
Langganan:
Postingan (Atom)