Kalau ada negeri di mana kita bisa bersua dengan gembira lapang
Bila nyata sebuah ruang di mana kita leluasa bergandengan tangan
Saat-saat engkau rebah dan bercerita tentang kelam kehidupan dan
terangnya harapan
Dan aku mendengarnya tanpa penghakiman,
Hanya mendengar, memeluk, lalu mengusap rambutmu seraya memberi kecupan
Andaikan ada itu ‘seumur hidup’
Menukar apa yang kita miliki demi masa lalu yang masih kuncup
Hingga tiada perlu kita menggantungkan impian pada bintang di atas,
jauh nan redup
Melainkan menghidupi ‘belahan jiwa’ yang maknanya kerap membuat jantung
berdegup
Adakah itu semua?
Mampukah kita bilamana itu benar nyata?
Dan kita di sini, berpelukan
Diam dalam nuansa kediaman
Hanya mendengar hatimu mengungkap kejujuran
Isak tangis yang lamat dan eratnya rengkuhan tangan
Andaikan aku tidak ada, apakah engkau tetap ada?
Misalkan engkau tidak lagi bersama, tetap hadirkah rasa?
Kita percaya meski bertanya
Mungkin itu cinta
Disangsikan justru untuk melihat kemurniannya
Dan Alice's?
It's a matter of time...