guyurannya membuat resmi sore cerah ini jadi sumringah
panas berbulan terbasuh singkat oleh curahan tirta bersimbah
aku bergeming, anakku apalagi
kami menikmati semilir anginnya
ihwal hujan di tengah kemarau, kami beri nama hujan pertama
anakku diam mengaguminya
aku berharap dari curahannya
semoga sapaanmu membawa pesan
semoga yang kami harapkan
tapi lebih, agar segenap Tuhan yang berkehendak
hujan pertama, aku dan anakku menikmatinya
kami dengan masing-masing diri kami
08 September 2011
Hujan Pertama
06 September 2011
Layang-layang, Benang, dan Anginnya Persis Di Hadapanku
Hingga puncak ketinggian dan akhirnya putus oleh lawan
Lanjutnya engkau bersabung dengan angin tiupan
Benang seutas tak cukup jadi kemudi
Diri berpasrah pada kama andalan
dan hembusan liar yang membawa terbang
Seperti manusia yang binasa oleh nafsunya
gerakmu tangkas namun terombang-ambing
hingga semacam silap sadar tersangkut di kawat listrik perumahan
melilit-lilit dan melibat seluruh badan
semakin meronta semakin sempit gerakan
sampai akhirnya, engkau diam
tampak menyesali geliatmu sendirian
Aku yang berpolah dari nafsu
jadi bisu menatapmu hilang kutik
Semula gesit, sejurus geming oleh libatan
Kita semua meronta tatkala berhadapan dengan binasa
Sunyi ketika sadar...polah yang gesit hanya kalah oleh sekelibat utasan
Hujan Malam Sinchia
lagi,
gerimis lalu deras dalam perjalanan
menepi,
tak ada pilihan kecuali memang kesumat sangat untuk pulang
senyum jadi mati,
selain kaki lima bersimpul di hati menjaja dagangan
di malam sinchia ini
selalu, hujan menawarkan pilihan dan menuai keputusan
musibah atau rejeki
untuk yang di rumah atau seperti aku yang masih di tengah jalan
(Pada malam Sinchia 2010)