20 November 2007

Ruang-Waktu, sebuah permenungan


Sulit mendefinisikannya,
tapi kira-kira kita semua tahu bahwa itu ada dan hidup dalam diri setiap manusia.
Ada karena kita, tidak bisa tidak, menyadari pergerakannya.
Kita bisa melihat tanda-tandanya, sejak terbitnya mentari hingga terbenamnya bulan,
juga tambahnya usia di setiap jengkal detik yang berjalan.
Ini berarti waktu adalah juga hidup, bukan sebuah entitas mati tanpa nyawa.
Hidup, saya katakan, meskipun pastinya ia tidak bernyawa, tidak berkembang biak, dan  tidak memiliki saluran pencernaan, namun sifatnya selalu berkembang, lurus-linear, dan tak henti (sampai sejauh ini). berkembang menuju suatu titik omega yang sulit sekali untuk dibayangkan wujudnya. Dalam gerak lurusnya itu lantas waktu juga konsisten, tak pernah kembali dan terulang. Sejarah mungkin bisa berulang namun masa yang mengakomodasikannya tak akan sudi berbalik arah.  
dengan demikian dapat dikatakan bahwa kita berada dalam sebuah perjalanan yag tak bisa kembali ke belakang, tidak terulang (tidak pernah ada momen yang berulang secara identik, setiap peristiwa merupakan khas pada dirinya betatapun manusia mencoba memodifikasikannya secara artifisial).
Satu lagi, saudara, hmmm bukan, lebih tepatnya rekan sekerja waktu, adalah Ruang.
Melontarkan ide tentang Ruang, kontan yang ada dalam pikiran kita adalah perihal kamar, dengan sisi tiga dimensi berikut sudut-sudut yang menegaskannya. Tidak sesederhana itu. Ruang adalah di mana kita mengenal waktu. Tentunya tidak bisa dipisahkan begitu saja dari waktu. Setiap kita bicara tentang waktu, pada saat itu juga kita mengandaikan ruang sebagai wadah pergulirannya.