05 November 2009

Kembali Ke Masa Itu

Kadang-kadang aku ingin kembali

Ke masa kecil

Di mana rumah kontrakan adalah naungan idaman

 

Ke masa di mana lagu-lagu begitu kaya musik

Yang mampu membuatku berimajinasi

Serta mengiringi langkahku bermain

 

Suatu waktu saat aku belum ada di sini

Di sini dan hal-hal salah yang belum terjadi

 

Kali saja kesempatan kedua muncul

Semua manusia urung berdosa

 

Tapi sekali lagi,

Kesempatan tidak diminta

Juga tidak dimohon

Mungkin juga itu sebuah ungkapan atas ketidaksempurnaan manusia

 

Hanya saja, saat ini

Masih ada waktu

Dan aku masih bisa berjalan

 

27 Oktober 2009

Asmara Di Alaska

Pada butir-butir salju

Kusimpan hangatnya cintaku

Di setiap unik bongkah kecil es-mu

 

Semula aku ingin memelukmu

Namun bayang cemara yang hadir melulu

Membuat nafsu turut membeku

 

Tinggal tapak yang tersisa

Empat langkah yang menyisakan kenangan berdua

 

Semula lolong itu mengganggu

Namun, suara panjang pada keheningan Alaska

Mengingatkanku pada desah nafasmu

Merasuk ke dalam malam pertama itu

 

 

23 Oktober 2009

Masih Ingatkah Aku?

Pada malu sinar  mentari pagi

Yang menembus hijau-hijau daun

Dan aku menerimanya…kehangatan di pipi

 

Pada angin lemah yang berhembus semilir

Dan aku serasa dihembusi damai

Hingga sekejap realitas meminggir

 

Pada senyuman ramah selepas malam

Keluarga-keluarga kecil berjuang hidup

Semua menatap masa depan

 

Aku masih ingat itu

Pada kecepatan 60

Di atas aspal bumiku

 

07 Mei 2009

lazimnya hujan

Semua berlari

Berlekas menyelamatkan diri

Basah bukan keinginan, apalagi harapan harian

 

Semua menutup diri

Berlindung dari hujaman

Bergegas mencari naungan

 

Spontan keluh terlontar

Kerap, air bukan sahabat

Tapi sebuah ancaman singkat

Semakin besar kemudian berganti musibah

 

Lazimnya hujan

Di awal semua panik

Selang berapa lama semua kehilangan sekaligus mendapatkan

Hilang ceria tatkala terik panas

Beroleh ceria pada syahdu gerimis

 

Untunglah curahan ini tak kehilangan daya inspirasinya

21 April 2009

Existensialism

Aku di sini
Berdiri tanpa penantian
Aku sendiri tak ada janji
di tepian tebing
Hanya menegakkan kaki dan berancang pergi
Nihil akan penyesalan di belakang
Bersiap menghempas debu terakhir dan menerjunkan diri

Apa yang akan meraihku, aku serahkan diri
Apa yang tak akan meraihku, ini hidupku
Aku terjun bebas kini

Rasanya ……
Pernah minum air putih/mineral/fresh water?
Engkau sendiri yang memutuskan rasa itu

26 Februari 2009

Cinta (tak ada matinya)

Lelahnya tak terperi

Tapi aku setia tetap berlari

 

Jaraknya tak cukup dekat

Namun aku masih melekat

 

Kantuk, tak jarang juga tak tertahan

Toh mata ngotot berjuang pasti dan perlahan

 

Penatnya sudah di tepian pembuluh darah

Tak gentar aku meledak ke segala arah

 

Segala keluh dan peluh

 

Luruh olehnya dibasuh

 

oleh Cinta …

 

Melampaui ambisi

Menyejukkan hati

 

Ukuran manusia kerap tak mengindahkan hati

Tapi ketulusan senantiasa tersenyum di akhir nanti

23 Februari 2009

sore ini, aku pulang

Kepada istriku, kepada dekapan dadanya aku pulang

Sore ini, tatkala mendung gemuruh dan halilintar laksana cemeti liar

Aku beranjak pergi dan meninggalkan hidup sehari kerja

 

Ke barat, ke Tangerang aku menuju

Padanya aku melaju

Sedikit waktu untuk tergesa

Lebih baik terburu daripada hujan dan basah terlanjur

 

Padanya, dambaan hatiku

Sudah seminggu kita bersatu

Dan sejak itu cinta kita berpadu

 

Padamu aku datang

Sore ini, aku pulang

Bila nanti hujan, tetap aku pulang

Peduli setan

05 Februari 2009

Sampah Kita dan Hujan Badai Hari Ini

Sekilas tidak ada hubungan,

Jangankan pacaran, temu muka pun tak berangan

Tapi runut logika menjelaskan berikut praktek lapangan

 

Buanglah suatu sembarang

Dan kau langsung lalang

Seketika sampah tercipta

Jadilah barang tak bertuan

 

Untuk sejenak kita tak apa

Sejam kemudian barang berpindah ruang

Sehari setelahnya entah di mana

Seminggu dan sebulan sudah acak rimbanya

Setahun dan puluhan tahun berikutnya….

Sumbatan, gunungan, asap, aroma, menjadi akibat

Sudah tak terbilang sebabnya

 

Gas-gas berlepasan

Selaksa tombak racun udara menghempas putihnya awan

Rutinitas bergeser kian

Musim datang cepat atau terlambat datang

dan badai darinya dilahirkan

tak diundang, namun mereka juga tak maksud bertandang

hanya alam, kekuatan yang bias pandang

pergeseran  dan perubahan

 

Kita hanya menumpang,

mengapa kita masih sembarang?

 

Bahkan badai sekalipun tak cukup menendang kesadaran

 

13 Januari 2009

Hujan itu menegaskan kesenjangan kita


sudah sejam lebih, aku harus ambil keputusan
aku pergi juga dalam harap cemas akan hujan

reda sejenak tak menjamin kering kemudian
cuma...tak salah berharap sambil terus berusaha

60-80 aku sampai, segala penglihatan melintas
ada yang samar oleh kabut ini, tapi sedikit beranjak menegas

atap-atap berjalan
aman dan nyaman

sedikit bocor yang tak nyaman
dari balik jendela geser mereka menghembus impian

untuk dua roda yang menyemut dan menggeliat
asyik dengan liuknya
seakan tak peduli dan terus menggila
aku turut di dalamnya, menikmati ruang sempit dengan lampai pula

kesan singkat dari balik kaca sini
ada pautan di bawah siraman deras

selisihnya sudah jelas memang sejak awan belum bersambut
tapi hujan seperti membuka tabir cerah selama ini
terutama kemungkinan basah antara yang minim dengan kuyup

aku tak ambil peduli, jam 7 batasku
selebihnya tak berlaku

07 Januari 2009

tukang minyak tanah dan bunga di garasi

Ada minyak tanah yang masih diecer

Ada tanaman berkembang yang bisa hidup berbunga di garasi

 

Pada sesaknya ekonomi, juga keringnya lingkungan kita

Masih ada harapan-harapan yang menyusup dan datang seketika

Mereka bukan hidup segan

Juga tak berharap mati

Mereka berkeras hati demi hidup

Sang tanaman pada keterbatasan lahan

Sang pedagang di perbatasan pasokan

 

Merahnya bunga,

Meski liar dan tak dimaksudkan, namun spontanitas menggubah senyum di bibir

 

Sapaan tukang minyak tanah,

Meski langka, namun irama kaleng mengingatkan bahwa yang kecil pun berhak berjuang untuk hidup

 

Kebahagiaan itu adalah perjuangan hingga nadir atau zenith, yaitu ambang

Dan kegembiraannya adalah bahwa kita masih beroleh hidup untuk berjuang