16 Agustus 2012

Untuk Apa Kebenaran?

Teman berujar melalui sikapnya,
"Kebenaran tidak perlu lagi.
Aku kalah, kehilangan, malah jadi pecundang saat kebenaran erat kugenggam.
Aku sendiri, di pojok, meringkuk dingin dan telanjang.
Adakah malah kekeliruan yang kupertahankan? Untuk apa kebenaran, bila  absurditas adalah kenyataan?
Tak perlu lagi kebenaran tentang kebenaran.
Rasanya seperti aku harus menjual diriku agar manfaat menjelma menjadi nafasku.
Berperan dalam sandiwara peradaban. Drama naluri dimana para subjek tunduk dan mengenyam kebanggaan baru: budak jaman.
Ah...tapi tidak. Tidak!
Kesepian, kedinginan ini dan keterasingan adalah kesemuan hasil rekayasa
nilai para hegemonis. Dan kita hidup di antara mereka. Kawan, aku adalah aku.
Silahkan mereka berpora dalam pencapaian-pencapaian.
Kebenaran memang kemewahan yang lain.
Yang lain yang tak berangka. Yang bukan komoditas maupun superfisial.
Kenikmatannya mengandai kemurnian perjuangan.
Hidup terlalu liar untuk dikandangkan oportunitas dan menghamba gemerlap kepemilikan.
Dan keliaran tidak malu pada pilihan.
Kebebasan jadi wujudnya,
kemerdekaan adalah jiwanya, dan kejujuran kreasi itu buah rahimnya.
Kebenaran akan kebenaran adalah kesejatian yang memerdekakanmu.
Dirgahayu RI ke-67, tapi bukan pemerintahku!"

Published with Blogger-droid v2.0.6