17 November 2008

Asap Harapan di Senin Pagi Jakarta

Aku keluar jam 6 lewat enam.
Pagi maksudku, bukan petang.
Semula, absennya mentari karena tebalnya awan menipu sejenak pandangan dan orientasi waktuku. Kupikir masih pagi, ternyata siang sudah ditandai oleh kejaran mobil-motor di jalan Panjang. Sial, mereka cepat sekali. Belum lagi bus-bus bagai gedung berjalan kerap berhenti mendadak, membuat silap kesabaran.
Khususnya motor. Kami seperti kawanan anjing yang dilepas dan lari liar ke segala penjuru arah. Memenuhi jalanan, menyelip di ketiak spion sedan atau minibus, dan mengumpul di hilir lampu merah, muara perempatan jalan.
Sebentar aku mengambil napas, sekejap anjing besi itu ngibrit dengan premiumnya.
Derunya tidak rendah dan berat, melainkan ringan, lancar, dan cempreng. Kencang kali beliau ini. Premiumnya tak tanggung rupanya, dan langsam pula tarikannya.
Ngacirnya bukan main. Dan satu lagi. Khasnya motor lawas.....asap kepul dari mulut knalpot. Asapnya itu brurrrr, cuat harapan di pagi hari. Jakarta punya cara untuk membuka pagi ini. Dengan kebutan, dengan klackson, seragam, sampai asap.

0 comments: